MASA KEEMASAN ISLAM BANI ABBASIYAH, FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KEEMASAN BANI ABBASIYAH
I. PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga saya dapat memproses menjalankan tugas
yaitu membuat sebuah makalah yang sederhana tapi dengan harapan dapat
bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi kita semua.
Pemerintahan Abbasiyah adalah
berketurunan daripada al Abbas,paman Nabi SAW. Pendiri kerajaan al Abbas adalah
Abdullah as Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al Abbas, dan
pendiriannya dianggap suatu kemenangan bagi idea yang dianjurkan oleh kalangan
bani Hasyim setelah kewafatan Rasulullah SAW. Agar jabatan khalifah diserahkan
kepada keluaga Rasul dan sanak saudaranya.Tetapi idea ini telah dikialahkan
pada zaman permulaan islam dimana pemikiran islam yang sehat menetapkan bahwa
jabatan khalifah itu adalah milik kepunyaan seluruh kaum Muslimin, dan mereka
berhak melantik siapa saja antara kalangan mereka untuk menjadi ketua setelah
mendapat dukungan. Tetapi orang-orang Parsi yang masih berpegang kepada prinsip
hak ketuhanan yang suci,terus berusaha meyebarkan prinsip tersebut,sehingga
mereka berhasil membawa Bani Hasyim ke tampuk pemerintahan.
Semoga Allah SWT memberi keridhaan
atas pembuatan makalah sejarah kebudayaan islam tentang masa keemasan bani
abbasiyah ini dan dapat menyumbang pengetahuan serta dapat berfaedah bagi kita
semua amin.
II. PERMASALAHAN
A. Bagaimana Latar belakang Dinasti Abbasiyah
?
B. Bagaimana Perkembangan Islam pada Masa
Dinasti Abbasiyah ?
C. Siapakah para Khalifah yang mencapai
keemasan ?
D. Apa saja faktor – faktor keberhasilan Bani
Abbasiyah ?
E. Siapa sajakah Tokoh intelektual muslim
yang muncul ?
III. DESKRIPSI DATA
A. Latar Belakang Dinasti Abbasiyah
Nama Dinasti Abbasiyah
diambilkan dari nama salah seorang dari paman Nabi Muhammad SAW. Yang bernama
al-Abbas ibn Abd al-Muttalib ibn Hasyim. Orang Abbasiyah merasa lebih berhak
dari pada Bani Umayyah atas kekhalifahan islam,sebab mereka adalah dari cabang
Bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi Muhammad SAW.
[1]
Pemerintahan Bani Umayyah
adalah pemerintahan yang mempunyai wibawa yang besar,meliputi wilayah yang
luas.Mulai dari wilayah Sind dan berahir di Spanyol. Namun hanya Dinasti ini
hanya bisa bertahan kurang dari 1 abad karena kurang mendapat simpati dari
rakyatnya. Hal ini yang menyebabkan munculnya Dinasti Abbasiyah.[2]
B. Perkembangan Islam pada Masa Dinasti
Abbasiyah
1. Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Proses berdirinya Dinasti
Abbasiyah ini diawali dari tahap persiapan dan perncanaan yang dilakukan oleh
Ali ibn Abdullah ibn Abbas,seorang zahid yang hidup pada masa Khalifah Umar bin
Abdul Aziz (717-720 M). Persiapan yang dilakukan Ali adalah melakukan
propaganda terhadap umat islam (utamanya Bani Hasyim).[3]
Propaganda Muhammad ibn Ali
mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat karena beberapa faktor yaitu
meningkatnya kekecewaan kelompok mawali terhadap Dinasti Bani Umayyah karena
selama Dinasti ini berkuasa mereka ditempatkan pada posisi kelas dua dalam
sistem sosial sementara orang-orang Arab menduduki kelas bangsawan,pecahnya
persatuan antar suku bangsa Arab dengan lahirnya fanatisme kesukuan antara Arab
utara dengan Arab selatan,timbulnya kekecewaan kelompok agama terhadap
pemerintahan yang sekuler karena mereka menginginkan pemimpin negara yang
memiliki pengetahuan dan integritas keagamaan yang mumpuni, perlawanan dari
kelompok Syiah yang menuntut hak mereka atas kekuasaan yang pernah dirampas
oleh Bani Umayyah karena mereka tidak mudah melupakan peristiwa tersebut.[4]
Sebelum menggulingkan kekuasaan Dinasti
Umayyah,para keluarga Abbas melakukan berbagai persiapan dengan melakukan
pengaturan strategi yang kuat dan persiapan yang matang juga dukungan yang kuat
dari masyarakat. Oleh karena itu sangat diperlukan pemikiran matang dan
strategi yang dapat memperhitungkan keadaan untuk melakukan gerakan propaganda
tersebut.[5]
Ali bin Abdullah bin Abbas
kemudian digantikan anaknya Muhammad bin Ali.Pada masa Muhammad bin Ali
ini,usaha mendirikan dinasti Abbasiyah semakin meningkat dengan memperluas
gerakan antara lain kota al-Humaymah sebagai pusat perencanaan dan
organisasi,Kufah sebagai kota penghubung dan Khurasan sebagai pusat gerakan
praktis. Setelah Muhammad bin Ali wafat,beliau digantikan oleh anaknya Ibrahim
al-Imam.Guna mempertahankan wilayahnya beliau mengangkat panglima perang Abu
Muslim al-Khurasan dan berhasil merebut Khurasan dan mencapai
kemenangan.Setelah beliau wafat,perjuangannya diteruskan oleh adiknya yaitu Abu
Abbas bin Muhammad bin Ali,beliau ingin merangkul kekuatan dari keluaga lain
yaitu Bani Hasyim dan kaum Alawiyin yang tidak pernah mendapat perhatian dan
dikucilkan oleh Dinasti Umyyah.
Dengan bergabungnya Bani Hasyim
dan Kaum Alawyin maka gerakan Abu Abbas menjadi kekuatan yang ditakuti oleh
Bani Umayyah,melihat posisinya semakin terpojok akhirnya Marwan bin
Muhammad,peguasa terakhir Dinasti Bani Umayyah menyelamatkan diri dari kejaran
massa menuju ke wilayah Mesir tepatnya di Fustad,disitulah dia mati terbunuh
pada tahun 132 H/750 M. Terbunuhnya Khalifah terakhir Bani Umayyah ini menandai
era baru dalam perjalanan sejarah pemerintahan islam,kemudian kekuasaan pindah
ke tangan penguasa baru yaitu para penguasa yang berasal dari keturunan Hasyim
atau keturunan Abbas kemudian Dinasti ini disebut dengan Dinasti Abbasiyah.[6]
2. Peta Wilayah Islam
Pada masa daulah Bani Abbasiyah
ini wilayah islam sangat luas,meliputi wilayah yang dikuasai oleh Bani Umayyah
antara lain Saudi Arabia, Yaman Utara, Yaman Selatan, Oman, Uni Emirat, Arab,
Quait, Iraq, Iran, Yordania, Palestina (Israel), Libanon, Mesir, Libia,
Tunisia, az-Zajair, Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan.
Sikap politik daulah Abbasiyah
berbeda dengan daulah Bani Umayyah sebab dalam daulah Bani Abbasiyah pemegang
kekuasaan lebih merata,bukan hanya dipegang oleh bangsa Arab,tetapi lebih
demokratis melihat bahwa kekuasaan itu harus dibagi-bagi dalam segala kekuatan
masyarakatnya,maka bangsa Persia juga diberi kekuasaan begitu juga bangsa Turki
dan lainnya.[7]
3. Pemerintahan Bani Abbasiyah
Pemerintahan Bani Abbasiyah
merupakan kelanjutan dari khalifah Umayyah dimana pendiri dari khalifah ini
adalah keturunan al-Abbas,paman Nabi Muhammad SAW. Yaitu Abdullah al-Saffah ibn
Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas dimana pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,sosial, dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola
pemerintahan dan politik itu,para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan
Bani Abbas menjadi lima periode :
a) Periode pertama (132-232 H/750-847
M),disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
b) Periode kedua (232-334 H/847-945
M),disebut periode pengaruh Turki pertama.
c) Periode ketiga (334-447 H/945-1055
M),Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
d) Periode keempat (447-590 H/1055-1194
M),disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
e) Periode kelima (590-656 H/1194-1258
M),masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain,tetapi kekuasaannya hanya
efektif di sekitar kota Baghdad.[8]
C. Khalifah – Khalifah Bani Abbasiyah
Pada periode pertama
pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya.Secara politis,para khalifah
betul-betul kokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan, politik, dan
agama.Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.Periode ini
juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan dalam islam.
Pada periode pertama
pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai keemasan dibawah pimpinan
al-Mahdi,al-Hadi,Harun ar-Rasyid,al-Ma`mun,al-Mu`tashim,al-Wasiq dan
al-Mutawakil.[9]
1. Al-Mahdi (775-785 M)
Al-Mahdi dilahirkan di Hamimah
pada tahun 126 H. Sewaktu ayahnya al-Mansur mulai menjadi khalifah, al-Mahdi
berusia 10 tahun dan Isa bin Musa sebagai putra mahkota bakal pengganti
al-Mansur menurut perjanjian yang dibuat oleh Abul Abbas as-Saffah,tetapi
al-Mansur berniat untuk mencalonkan anaknya menjadi penggantinya kelak.Karena
itu beliau mengambil langkah-langkah untuk mengasuh dan mengajarnya tentang
kepahlawanan dan cara-cara memimpin tentara.
Ketika al-Mahdi menjadi
khalifah,negara telah dalam keadaan stabil dan mantap,dapat mengendalikan
musuh-musuh dan keuangannya pun telah terjamin.Karena itu zaman pemerintahan
al-Mahdi terkenal sebagai zaman yang makmur dan hidup dalam kedamaian.
Al-Mahdi telah memerintah
supaya dibangun beberapa buah bangunan besar di sepanjang jalan yang menuju ke
Makkah sebagai tempat persinggahan para musafir,memerintahkan supaya dibuat
kolam-kolam air untuk kepentingan kelompok-kelompok kafilah dan hewan-hewan
mereka dan mengadakan hubungan pos di antara kota Bagdad dan wilayah-wilayah
islam yang terkemuka.[10]
2. Al-Hadi (775-786 M)
Al-Hadi adalah khalifah pengganti
al-Mahdi yang merupakan anaknya sendiri,pada tahun 166 H al-Mahdi melantik pula
anaknya yang seorang lagi yaitu Harun ar-Rasyid sebagai putra mahkota bakal
pengganti al-Hadi.Kalau al-Mahdi wafat,al-Hadi dilantik menjadi khalifah yang
menggantikannya secara resmi.
Khalifah al-Hadi ialah khalifah
yang tegas,walaupun beliau gemar berhibur dan bersenda gurau,tetapi semua itu
tidak melalaikannya dari memikul tanggung jawab.[11]
Seperti yang telah diketahui
khalifah al-Hadi adalah seorang yang berhati lembut, berjiwa bersih, berakhlak
baik, baik tutur katanya, senantiasa berwajah manis dan jarang menyakiti
orang.[12]
3. Harun ar-Rasyid (785-809 M)
Harun ar-Rasyid dilahirkan di
Raiyi pada tahun 145 H,ibundanya adalah Khaizuran,bekas seorang hamba yang juga
ibunda al-Hadi.Beliau telah dibesarkan dengan baik sewaktu beliau diasuh agar
berpribadi kuat dan berjiwa toleransi.Ayahanda beliau al-Mahdi telah memikulkan
beban yang berat,bertanggung jawab memerintah negeri dengan melantik beliau
sebagai amir di Saifah pada tahun 163 H.Pada tahun 164 H beliau dilantik
memerintah seluruh wilayah Anbar dan negeri-negeri di Afrika Utara.Harun
ar-Rasyid telah melantik pula beberapa orang pegawai tinggi ,mewakili beliau di
kawasan-kawasan tersebut.[13]
Pribadi dan akhlak Khalifah
Harun ar-Rasyid adalah baik dan mulia yang menyebabkan beliau sangat dihormati
dan disegani.Beliau adalah salah seorang khalifah yang suka bercengkrama,alim
dan dimuliakan.Selain itu,beliau juga terkenal sebagai seorang pemimpin yang
pemurah dan suka berderma.Beliau juga menyukai musik,ilmu pengetahuan dan dekat
dengan para ulama serta penyair.
Pada zaman pemerintahan Harun ar-Rasyid,Baitul
Mal ditugaskan menanggung narapidana dengan memberikan setiap orang makanan
yang cukup serta pakaian musim panas dan musim dingin.Sebelum itu khalifah
al-Mahdi juga berbuat demikian tetapi dengan nama pemberian,sementara Khalifah
Harun ar-Rasyidmenjadikannya suatu tugas
dan tanggung jawab Baitul Mal.
Khalifah Harun ar-Rasyid mampu
membawa negeri yang dipimpinnya ke masa kejayaan, kemakmuran dan kesejahteraan.
Berikut usaha Harun ar-Rasyid selama masa pemerintahannya:
· Mengembagkan bidang ilmu pengetahuan
dan seni.
· Membangun gedung-gedung dan sarana
sosial.
· Memajukan bidang ekonomi dan industri.
· Memajukan bidang politik pertahanan
dan perluasan wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah.[14]
4. Al-Ma`mun (813-833 M)
Nama lengkap khalifah ini
adalah Abdullah Abdul Abbas al-Ma`mun, adalah anak dari Khalifah Harun
ar-Rasyid yang dilahirkan pada tanggal 15 Rabiulawal tahun 170 H/786
M.Kelahirannya bertepatan dengan wafat kakeknya yaitu Musa al-Hadi,juga
bersamaan dengan waktu ayahnya diangkat menjadi khalifah.Adapun ibunda
al-Ma`mun adalah seorang bekas hamba sahaya yang bernama Marajil.[15]
Selain sebagai seorang pejuang
yang pemberani beliau juga sebagai seorang pengusaha yang bijaksana.Semangat
berkarya, bijaksana, pengampun, adil, cerdas merupakan sifat-sifat yang
menonjol dalam pribadi al-Ma`mun.
Khalifah Abdullah al-Ma`mun
selama menjabat sebagai pemimpin Daulah Abbasiyah telah berusaha melakukan
perbaikan-perbaikan hal-hal sebagai berikut :
· Menghentikan berbagai gerakan
pemberontakan untuk menciptakan stabilitas dalam negeri.
· Penertiban administrasi negara untuk
penataan kembali sistem pemerintahan.
· Pembentukan badan negara.
· Pembentukan Baitul Hikmah dan Majlis
Munazarah.[16]
Lembaga Baitul Hikmah berfungsi
sebagai perpustakaan (daur al-kutub), yang tampaknya juga aktif disana para
guru, para ilmuan, disamping aktivitas Penerjemahan, penulisannya dan
penjilidannya.[17]
5. Al-Mu`tashim (833-842 M)
Abu Ishak Muhammad Al-Mu`tashim
lahir pada tahun 187 H.Ibunya bernama Maridah.Beliau dibesarkan dalam suasana
ketentaraan,karena sifat berani dan minatnya untuk menjadi pahlawan. Di masa
pemerintahan al-Ma`mun, al-Mu`tashim merupakan tangan kanannya dalam
menyelesaikan kesulitan dan memimpin peperangan. Al-Ma`mun juga melantik
al-Mu`tashim sebagai pemerintah di negeri Syam dan Mesir,kemudian melantiknya
pula sebagai putra mahkota. Al-Mu`tashim menyandang jabatan khalifah sesudah
wafatnya, al-Ma`mun.[18]
Khalifah pindah bersama
korp-korps kayangannya ke Samara.Di sana beliau mendirikan istana,masjid dan
sekolah-sekolah.Tidak lama kemudian Samara mulai megah seperti Baghdad,tetapi
beliau tidak pernah menggantikan Baghdad sebagai pusat intelektual yang
besar.Hal ini juga didukung oleh kondisi perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa ini berkembang dengan pesat,bukan hanya ilmu pengetahuan umum tetapi ilmu
pengetahuan agama.[19]
6. Al-Watsiq (842-847 M)
Al-Watsiq dilahirkan pada tahun
196 H,ibunya keturunan Roma bernama Qaratis.Al-Watsiq berperibadi
luhur,berpikiran cerdas dan berpandangan jauh dalam mengurus segala
perkara.Bapaknya telah memberinya kekuasaan di Baghdad,ketika al-Mu`tashim
berpindah ke Samara bersama-sama dengan angkatan tentaranya kemudian
melantiknya sebagai putra mahkota bakal khalifah.Al-Watsiq telah menyandang
jabatan khalifah setelah wafatnya al-Mu`tashim,ayahnya.[20]
Al-Watsiq adalah penguasa yang
sangat cakap, pemerintahannya mantap dan penuh perhatian, beliau banyak
memberikan uang dan menolong ilmu pengetahuan sepenuhnya, industri maju dan
perdaganagn lancar.
7. Al-Mutawakkil (847-861 M)
Ja`far al-Mutawakil adalah
putra al-Mu`tasim Billah (833-842) dari seorang wanita persia.Beliau
menggantikan saudaranya al-Watsiq. Selama masa pemerintahannya al-Mutawakil
menunjukkan rasa toleran terhadap sesama. Al-Mutawakkil mengandalkan negarawan
Turki dan pasukannya untuk meredam pemberontakan dan memimpin pasukan
menghadapi pasukan asing. Al-Mutawakkil wafat pada tanggal 11 Desember 861
M.[21]
D. Faktor-Faktor Keberhasilan Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah mencapai puncak
keemasannya karena terdapat beberapa faktor diantaranya adalah :
1) Islam makin meluas tidak di Damaskus
tetapi di Baghdad.
2) Adanya perkembangan ilmu pengetahuan.
3) Dalam penyelenggaraan negara pada masa
Bani Abbasiyah ada jabatan wazir. [22]
4) Ilmu pengetahuan dipandang sebagai
sesuatu yang sangat mulia dan berharga.Para khalifah membuka kesempatan
pengembagan pengetahuan seluas-luasnya.
5) Rakyat bebas berpikir serta memperoleh
hak asasinya dalam segala bidang.
6) Daulah Abbasiyah,berbakat usaha yang sungguh-sungguh membangun
ekonominya.Mereka memiliki pembendaharaan yang berlimpah-limpah disebabkan
penghematan dalam pengeluaran.
7) Para khalifah banyak mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan sehingga banyak buku-buku yang dikarang dalam
berbagai ilmu pengatahuan,serta buku-buku pengetahuan berbahasa asing
diterjemahkan kedalam bahasa Arab.[23]
8) Adanya asimilasi antara bangsa Arab
dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan ilmu
pengetahuan, asimilasi itu berlangsung efektif dan bangsa-bangsa tersebut
memberi saham pengetahuan yang bermanfaat.[24]
E. Lahirnya Tokoh Intelektual Muslim
1. Bidang Filsafat
a. Al-Khindi (811-874 M)
Abu Yusuf Ishak
Al-Khindi,beliau terkenal sebagai filsuf muslim pertama.Beliau mengarang
sebanyak kurang lebih 236 buah kitab tentang ilmu mantik, filsafat, handasah,
hisab, musik, nujum, dan lain-lain. Diantara karyanya adalah Kimiyatul Itri,
Risalah fi Faslain, Risalah fi Illat an Nafs ad Damm dan lain-lain.
b. Al-Farabi (870-950 M)
Abu Nashr Muhammad bin Muhammad
Tarkhan Al-Farabi,nama filsuf al-Farabi menjadi terkenal setelah masa
al-Khindi.Beliau lahir di Farab pada tahun 870 M dan wafat di Damaskus pada
tahun 95 M.Diantara karyanya yaitu Tahsilus Sa`adah,Assiyasatul Madaniyah,Tanbih ala Sabilis Sa`adah dan
lain-lain.
c. Ibnu Sina (980-1037 M)
Ar-Rais Abu Ali Husain bin
Abdullah yang lebih terkenal dengan Ibnu Sina.Beliau lahir di Afsyanah,Bukhara
pada tahun 980 M,dan wafat di Hamdan
pada tahun 1037 M.Beliau adalah seorang dokter dan filsuf ternama.Ibnu Sina
meninggalkan karyanya sebanyak kurang lebih 200 buah.Diantara karya buku
filsafatnya adalah Al Isyarat wa At Tanbihat, Mantiq Al Masyriqiyyin dan
lain-lain.[25]
d. Ibnu Bajjah (453-523 H)
Abu Bakar Muhammad bin Yahya
atau Ibnu Bajjah .Beberapa karyanya yang bernilai tentang filsafat, antara lain
Tadbirul Mutawahhid, Fi an Nafs, dan Risalatul Ittisal.
e. Ibnu Rusyd (529-595 H)
Walid Muhammad bin Ahmad bin
Muhammad bin Rusydi lahir pada tahun 520 H di Kordova.Diantara karyanya dalam
bidang filsafat adalah Mabadiul Falasifah, Tahafutut Tahafut, Kulliyan dan
lain-lain.
f. Ibnu Thufail (225-287 H)
Abu Bakar bin Abdul Malik bin
Thufail,beliau adalah salah seorang murid Ibnu Bajjah.Diantara karangannya
adalah Hayy bin Yaqzan.
g. Al-Ghazali (1058-1111 M)
Abu Hamid bin Muhammad at-Tusi
al-Ghazali lahir pada tahun 1058 M dan wafat pada tahun 1111 M.Diantara
karyanya adalah Tahafutul Falasifah, Ar-Risalatul Qudsiyah dan Ilya
Ulumuddin.[26]
2. Bidang Kedokteran
a. Ibnu Sina (980-1037 M)
Selain sebagai filsuf beliau
juga terkenal sebagai seorang dokter.Diantara kitabnya adalah Asy Syifa` dan Al
Qonun Fitthibb.
b. Ar-Razi (194-264 H)
Abu Bakar bin Zakaria
ar-Razi,beliau adalah seorang dokter yang paling masyhur di zamannya,beliau
menjadi ketua dokter di Baghdad.Diantara kitab karangannya adalah Al Hawi dan
Fi Al Judari Wa Al Hasbat.
c. Ibnu Baytsar (810-878 M)
Beliau adalah ahli farmasi dan
kimia. Karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni, Mizanut Thabib dan Jami`
Mufradtil Adwiyah wa Aghniyah.[27]
d. Bidang Matematika
Dalam bidang ini salah satu
ahlinya adalah al-Khawarizmi.Buku pertamanya adalah Al-Jabar (buku pertama yang
membahas solusi sistematik dari lnier dan notasi kuadrat),sehingga beliau
disebut sebagai Bapak Aljabar.Kata aljabar berasal dari kata aljabr,satu dari
dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat.[28]
IV. ANALISIS
Dinasti Abbasiyah adalah bentuk
kekuasaan pemerintahan yang bekerja meneruskan pemerintahan Bani
Umayyah.Disebut Abbasiyah karena para perancang dan pendirinya adalah keluarga
Abbas (Bani Abbas) bin Abdul Mhuthalib yang merupakan paman Nabi Muhammad SAW.
Dinasti Abbasiyah merupakan
imperium islam yang pertama kali mencapai kemajuan yang sangat pesat di dalam
ilmu pengetahuan dan sains.Hal ini terjadi karena para khalifahnya sangat
peduli dan perhatian terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.Usaha
awal dimulai dari dibangunnya berbagai lembaga keilmuan seperti
kuttub,masjid,madrasah,majlis munazarah dan yang paling mendukung adalah
dibangunnya Baitul Hikmah sebagai pusat
penerjemah,perpustakaan,penelitian,serta perguruan islam yang mampu memunculkan
para ilmuan islam atau tokoh intelektual muslim.
Para pemimpin pada masa bani Abbasiyah
mempunyai kesadaran ilmu yang sangat tinggi,hal ini ditunjukkan masyarakatnya
yang antusias dalam mencari ilmu,penghargaan yang tinggi bagi para ulama,para
pencari ilmu,tempat – tempat menuntut ilmu,banyaknya perpustakaan –
perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum yang dibangun oleh para khalifah
pada waktu itu,tradisi intelektual inilah yang seharusnya kita contoh,sebagai
usaha sadar keilmuan kita dalam mengejar ketertinggalan dan segera lepas dari keterpurukan.
Perkembangan dan kemajuan Daulah
Abbasiyah memberikan pelajaran yang sangat berharga akan pentingnya persatuan
dan kesatuan masyarakat demi tercapainya pertahanan dan keamanan sebuah
pemerintahan islam agar dapat dengan tenang dalam menciptakannya.
V. KESIMPULAN
v Daulah Bani Abbasiyah mengalami perkembangan
dan kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang.Para sejarawan biasanya
membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
a. Periode pertama disebut periode pengaruh
Arab dan Persia pertama.
b. Periode kedua disebut periode pengaruh
Turki pertama.
c. Periode ketiga disebut juga masa
pengaruh Persia kedua.
d. Periode keempat disebut juga dengan masa
pengaruh Turki kedua.
e. Periode kelima
v Khalifah – Khalifah Bani Abbasiyah yang
mengalami perkembangan adalah :
1. Al-Mahdi
2. Al-Hadi
3. Harun ar-Rasyid
4. Al-Ma`mun
5. Al-Mu`tashim
6. Al-Watsiq
7. Al-Mutawakkil
v Faktor-Faktor Keberhasilan Bani Abbasiyah
a. Islam makin meluas tidak di Damaskus
tetapi di Baghdad.
b. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan.
c. Dalam penyelenggaraan negara ada jabatan
wazir.
d. Rakyat bebas berpikir serta memperoleh
hak asasinya.
e. Banyak buku asing yang diterjemahkan
kedalam bahasa Aarab.
v Tokoh intelektual muslim
1. Bidang Filsafat
a. Al-Khindi
b. Al-Farabi
c. Ibnu Sina
d. Ibnu Bajjah
e. Ibnu Rusyd
f. Ibnu Thufail
g. Al-Ghazali
2. Bidang Kedokteran
a. Ibnu Sina
b. Ar-Razi
c. Ibnu Baytsar
3. Bidang Matematika
Al-Khawarizmi
VI. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya
buat semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya amiin dan saya yakin makalah
ini sangat jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah
selanjutnya.Jika ada kesalahan saya mohon maaf dan atas perhatiannya saya
mengucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi,Muh,Sejarah Kebudayaan
Islam,Semarang:CV.Aneka Ilmu,2009
Ismiyatun,Sejarah Kebudayaan
Islam,Madrasah Tsanawiyah
Karim,Abdul,M,Sejarah Pemikiran
dan Peradaban Islam,Yogyakarta:Pustaka Book Publisher,2007
Sanusi, Ja`far, dkk, Sejarah
Kebudayaan Islam, Madrasah Aliyah III, Semarang: CV.Wicaksana
Syalabi, A, Sejarah dan
Kebudayaan Islam III, Jakarta: PT.Al Husna Zikra, 2000, cet ke-3
Syukur,Fatah,Sejarah Peradaban
Islam,Semarang:PT.Pustaka Rizki,2009
Yatim,Badri,Sejarah Kebudayaan
Islam II,Semarang:-,1996
http://erna-wati.blogspot.com/faktor-faktor-pendukung-dan-lahirnya.html,(14/11/2010)
[1] M.Abdul Karim,Sejarah Pemikiran dan Peradaban
Islam,(Yogyakarta:Pustaka Book Publisher,2007),hal.143
[2] Fatah Syukur,Sejarah
Peradaban Islam,(Semarang:PT.Pustaka Rizki Putra),hal.89
[3] Muh.Asnawi,Sejarah Kebudayaan
Islam,(Semarang:CV.Aneka Ilmu,2009),hal.4
[4] Ibid,hal.3
[5] Ismiyatun,Sejarah
Kebudayaan Islam,Madrasah Tsanawiyah,hal.4-5
[6] Muh.Asnawi,op.cit,hal
[7] Ja`far Sanusi dkk,Sejarah Kebudayaan
Islam,Madrasah Aliyah 111,(Semarang:CV.Wicaksana),hal.32
[8] Fatah Syukur,op.cit,hal.93-94
[9] ibid,hal.97
[10] A.Syalabi,Sejarah dan Kebudayaan Islam
III,(Jakarta:PT.Al Husna Zikra,2000),hal,81-83
[11] Ibid,hal.95-96
[12] Fatah Syukur,op.cit,hal,98
[13] A.Syalabi,op.cit,hal.107
[14] Muh.Asnawi,op.cit,hal.49-52
[15] M.Abdul Karim,op.cit,hal.153
[16] Muh.Asnawi,op.cit,hal.54-5
[17] Badri Yatim,Sejarah Kebudayaan Islam
II,(Semarang:-,1996),hal.250
[18] A.Syalabi,op.cit,hal.144
[19] Fatah Syukur,op.cit,hal.101
[20] A.Syalabi,op.cit,hal.151
[21] Fatah Syukur,op.cit,hal.101-102
[22] ibid,hal.102
[23] Ja`far
Sanusi,op.cit,hal.32-33
[24]
http://erna-wati.blogspot.com/faktor-faktor-pendukung-dan-lahirnya.html,(14/11/2010)
[25] Muh.Asnawi,op.cit,hal.28
[26] Ismiyatun,op.cit,hal.31
[27] Ibid,hal.32
[28] Fatah
Syukur,op.cit,hal.105
DONASI VIA PAYPAL
Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi akan digunakan untuk memperpanjang domain https://4rrwani.blogspot.com/. Terima kasih.
Newer Posts
Newer Posts
Older Posts
Older Posts
Comments