faktor kemunduran 3 kerajaan islam
BAB I
A.
PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui, sejarah
Islam telah melalui tiga periode yaitu periode klasik (650-1250), periode
pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang). Pada periode
klasik, Islam mengalami kemajuan dan masa keemasan. Hal ini ditandai dengan
sangat luasnya wilayah kekuasaan Islam, adanya integrasi antar wilayah Islam,
serta adanya kemajuan di bidang sains.
Pada abad pertengahan, Islam
mengalami kemunduran yang ditandai dengan terpecahnya kerajaan Islam menjadi
beberapa kerajaan antara lain:
a.
Kerajaan Usmani di
Turki,
b.
Kerajaan Safawi di
Persia, dan
c.
Kerajaan Mughal di
India.
Kemunculan tiga kerajaan Islam ini
banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam. Kerajaan Usmani
meraih puncak kejayaannya dibawah kepemimpinan Sultan Sulaiman Al-Qanuni
(1520-1566 M). Kerajaan Safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan tersebut meraih
kemajuan dalam 40 tahun periode kepemerintahannya (1588-1628 M). Dan Kerajaan
Mughal meraih masa keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M). Seperti takdir
yang telah Allah tentukan disetiap kejayaan tentu akan berganti dengan
kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga
kerajaan tersebut.
Setelah pemerintahan yang gilang
gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja itu, masing-masing kerajaan mengalami
fase kemunduran. Akan tetapi penyebab kemunduran tersebut berlangsung dengan
cepat. Kemunduran-kemunduran ini tentu sangat besar pengaruhnya terhadap
kelangsungan peradaban Islam secara keseluruhan. Untuk lebih jelasnya tentang
bagaimana sejarah berdiri, perkembangan, kemajuan, kemunduran, serta kehancuran
dari tiga kerajaan ini, akan dikupas secara lebih mendalam pada pembahasan
selanjutnya. Setelah khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan
tentara Mongol, tercabik-cabik dalam beberapa Kerajaan kecil yang satu sama
lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban islam
banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak
berhenti sampai di situ. Timur Lenk, sebagai mana telah disebut, menghancurkan
pusat-pusat kekuasaan islam yang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Singkat
Kerajaan
1. Kerajaan Safawi di Persia
Kerajaan safawi berasal dari sebuah
gerakan tarekat di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama
tarekat Safawiyah, di dirikan pda waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya
kerajaan usmani[1].
Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama
safawi itu rerus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik.
Bahkan, nama itu dilestarikan setelah gerakan ini mendirikan kerajaan.
Safi Al-Din berasal dari keturunan
orang yang berbeda dan memilih sufi sebaga jalan hidupnya. Ia keturunan dari
iman syi’ah yang ke enam. Musa Al-Kazim. Gurunya bernama syaikh Taj Al-Din
Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Din diambil
menantu oleh gurunya tersebut. Safi Al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah
ia menggantikan guru dan sekaligus meertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut
torekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf
Safawiyah bertujuan memerangi oran-orang ingkar.
2. Kerajaan Mughal di India
Kerajaan mughal berdiri seperempat
abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, di antara tiga kerajaan besar
Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan mughal bukanlah kerajaan
Islam pertama anak benua India. Awal kekuasaan islam di wilayah india terjadi
pada masa kalifah Al-Walid, dari Dinasti Bani Umayah, penaklukan wilayah ini
dilakukan oleh tentara Bani Umayah di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim.
Kerajaan Mughal atau Mogul di India
diasaskan oleh Babur pada tahun 1526, apabila dia mengalahkan Ibrahim Lodi,
sultan terakhir dalam kesultanan Delhi dalam Pertempuran pertama Panipat.
Kebanyakannya telah ditawan oleh Sher Shah semasa pemerintahan Humayun, tetapi
di bawah Akbar, ia berkembang dengan lebih luas, dan terus berkembang sehingga
akhir pemerintahan Aurangzeb.
Selepas kemangkatan Aurangzeb pada
tahun 1707, kerajaan Mughal semakin lemah, walaupun ia kekal sebagai kuasa
memerintah di benua India selama 150 tahun berikutnya. Dalam tahun 1739 ia
dikalahkan oleh tentera Persia di bawah pemerintahan Nadir Shah. Pada tahun
1756 tentera Ahmad Shah merompak Delhi sekali lagi. Kekalahan terakhir ditangan
Empire British pada tahun 1857, walaupun ia telahpun menjadi gelaran kehormatan
sahaja, tanpa kuasa pemerintahan sebenar.
3. Kerajaan Usmani.
Nama kerajaan Turki Usmani
diambil dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Usmani
Ibnu Sauji Ibnu Orthogol Ibnu Sulaiman Syah Ibnu Kia Alp, kepala kabilah Kab di
Asia tengah[2].
Setelah Ertoghrol meninggal dunia tahun 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh
putranya, Usman. Putra Ertoghrol inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan
Usmani. Turki Usmani berkuasa pada abad ke-13 sampai abad ke-20.[3]
Di bawah pimpinan Erthogrul, mereka
mengabdikan diri ke Sultan Alaudin II, Sultan Saljuk yang kebetulan sedang
berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alaudin mendapat
kemenangan. Berkat jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia
kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah
barunya dengan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Ertoghrul meninggal dunia tahun
1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Usman. Putra Ertoghrul inilah
yang dianggap pendiri Kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 M dan
1326 M. Sebagaimana ayahnya ia banyak berjasa kepada Sultan Aliuddin II dengan
keberhasilannya ia menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan
kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang Kerajaan Saljuk dan
sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk ini kemudian terpecah-pecah dalam
beberapa Kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaannya dan berkuasa penuh
atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Usmani dinyatakan berdiri.
Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut juga Usman I.
Setelah Usman I mengumumkan dirinya
sebagai Padisyah Al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M),
setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat di perluasnya. Ia menyerang daerah
perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian, pada
tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota Kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan
(726 H/ 1326 M-761 H/ 1359 M) Kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir
(Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M),
dan Gallipoli (1356 M) daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertama kali
di duduki Kerajaan Usmani.
B.
KEMUNDURAN TIGA KERAJAAN BESAR (1700-1800 M)
1. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I Kerajaan Safawi
berturut-turut Diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abas
II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II
(1722-1732 M), dan abas III (1733-1736) pada masa raja-raja tersebut kerajaan
safawi tidak menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justru
memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Sebab-sebab kemunduran Kerajaan Safawi,
antara lain:
a.
Para Pemimpin yang
lemah.
Safi Mirza, cucu abbas I, adalah
seorang pemimpin yang lemah. Ia sangat kejam terhadap oleh abbas I segera
menurun. Kota Qondahar (sekarang termasuk wilayah afganistan ) lepas dari
kekuasaan kerajaan safawi, diduduki oleh kerajaan mughal yang ketika itu
dipimpin oleh Sultan Syah Jehan, sementara baghdad direbut oleh kerajaan
Usmani.
b.
Para Pemimpin suka
minum-minuman keras.
Abbas II adalah raja yang suka
minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Meskipun demikian,
dengan bantuan wajir-wajirnya, pada masa kota Qandahar dapat direbut kembali.
Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam
terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya, rakyat bersifat masa bodoh
terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Pengganti sulaiman
ini meberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan
pendapatnya terhadapa penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan
golongan sunni Afhganistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri
kekuasaan dinasti Safawi.
c.
adanya dekadensi moral
yang melanda sebagian pemimpin. Hal ini juga turut mempercepat proses
kehancuran kerajaan Safawi.
d.
konflik yang
berkepanjangan dengan kerajaan Usmani yang beraliran Syi’ah. karena pasukan
ghulam (pasukan budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat
perang yang tinggi seperti Qizilbash.
e.
adanya konflik internal
kerajaan, dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.
2. Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad dinasti
mughal berada dipuncak kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup
mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada
abad ke 18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekuatan politiknya
mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat jpusat menjadi ajang perebutan,
gerakan separatis Hindu semakin lama semakin mengancam. Sememntara itu pedagang
inggris untuk pertamakalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India,
dengan didukung oleh kekutan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan
terhadap pemerintah pusat memang sudah muncul tapi dapat diatasi. Pemberontakan
ini bermula dari tindakan aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran
Puritanisme-nya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata ia lemah dan tidak
mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Ada beberapa faktor juga yang
menyebabkan kekuasaan dinasti mughal mundur pada satu setengah abad terakhir
dan membawa kepada kehancuran pada tahun 1858M, yaitu :
a.
Kemerosotan moral dan
hidup mewah dikalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam
penggunaan uang negara.
b.
Pendekatan Aurangzeb
yang terlampau ”kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan sehingga konflik
antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan sesudahnya.
c.
Semua pewaris tahta
kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan
d.
Terjadi stagnasi dalam
pembinaan militer sehingga oprasi militer inggris di wilayah-milayah pantai
tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
3. Kemunduran Kerajaan Usmani
Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni
wafat ( 1566 M) kerajaan turki usmani mulai mengalami fase kemundurannya. Akan
tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu
tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh Salim II
(1566-1573 M). Dimasa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut
kerajaan usmani dengan armada laut Bundukia , angkatan sri paus, dan sebagian
kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari sepanyol. Pertempuran ini,
Turki usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh
musuh. Baru pada masa sultan berikutnya, Sultan Murad III pada tahun 1575 M
tunisia dapat direbut kembali.
Banyak faktor yang menyebabkan
Kerajaan Usmani itu mengalami kemundruan, diantaran adalah :
a.
Wilayah kekuasaan yang
sangat luas. Administrasi pemerintahan yang sangat luas wilayahnya sangat rumit
dan kompleks, sementara administrasi kerajaan Usmani tidak beres.
b.
Heterogenitas penduduk.
Dengan luasnya wilayah secara otomatis terdapat perbedaan bangsa dan agama dari
berbagai wilayah. Oleh karena itu, perbedaan bangsa dan agama sering kali
melatarbelakangi terjadinya pemberontakan dan peperangan.
c.
Kelemahan para
penguasa. Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, Kerajaan Usmani dipimpin oleh
sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian maupun kepemimpinannya,
akibatnya pemerintah menjadi kacau dan tidak kondusif.
d.
Budaya pungli atau
kalau penulis boleh katakan dengan istilah “korupsi sudah membudaya”. Setiap
jabatan yang hendak diraih seseorang, maka harus “dibayar” dengan sogokan
kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut.
e.
Pemberontakan tentara
Jenissari. Jernissari adalah tentara kerajaan Usmani yang bertugas dalam
ekspansi militer dalam memperluas wilayahnya. Akan tetapi, tentara Jenissari
sendiri melakukan pemberontakan. Bahkan pemberontakan dilakukan sebanyak empat
kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826.
f.
Merosotnya ekonomi. Hal
ini dikarenakan perang yang tak pernah berhenti, sehingga anggaran digunakan
untuk kepentingan perang, sedangkan pendapatan berkurang dan belanja negara
banyak.
g.
Terjadinya stagnasi
dalam lapangan ilmu dan teknologi. Hal ini dikarenakan kerajaan Usmani kurang
berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, dan hanya mementingkan
pengembangan kekuatan militer.
Demikian beberapa faktor kemunduran
atau kehancuran kerajaan Usmani, yang pada waktu bersamaan pula, menjadi awal
dari kekuatan-kekuatan Eropa untuk menduduki wilayah-wilayah yang pernah
diduduki oleh kerajaan Usmani.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari uraian singkat tentang
kemunduran tiga kerajaan besar islam (Usmani, Mughal dan Syafawi) di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa, tiga kerajaan tersebut merupakan kerajaan islam
terbesar, karena dalam waktu kurun yang panjang setelah Bani Abbas mengalami
keruntuhan dengan ditandainya jatuhnya kota Baghdad ke tangan bangsa Nongol
pada tahun 1258 M, setelah itu umat islam mengalami kemunduran. Umat islam
bangkit kembali dengan adanya kerajaan Usmani yang mendiami daerah Nongol dan
daerah utara Cina, kemudaian kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di
India.
Akan tetapi, dalam perjalanannya
ketiga kerajaan tersebut mengalami kemunduran. Hal yang paling urgen penyebab
kemunduran ketiga kerajaan tersebut antara lain adalah :
a.
Adanya dekadensi moral
yang melanda para pemimpin
b.
Semua pewaris tahta
kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan
c.
Adanya tradisi korupsi
d.
Perebutan kekuasaan
e.
Dan terjadinya stagnasi
militer.
B.
Kritik dan saran
Demikian makalah ini kami buat,
semoga bermanfaat bagi kita semua. Dan kami sadar makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap saran dan kritik dari pembaca
budiman, demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriyadi. Sejarah
Peradaban Islam. Pustaka Setia: Semarang. 2008.
Fatah Syukur. Sejarah
Peradaban Islam. Pustaka Rizqi Putra: Semarang 2009.
Mubarok, Dr. H. Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung :
Pustaka Bani Quraisy, 2004
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1995
DONASI VIA PAYPAL
Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi akan digunakan untuk memperpanjang domain https://4rrwani.blogspot.com/. Terima kasih.
Newer Posts
Newer Posts
Older Posts
Older Posts
Comments